Lahir
dari pasangan Darto Singo, seorang seniman Indonesia dan Dien Herdina
yang masih keturunan Keraton Yogyakarta, kehidupan Anggun kecil sangat
kental dengan nuansa seni. Peran sang Ayah tak luput dari kesuksesan
Anggun bermusik seperti saat ini. Pada usia yang masih kanak-kanan
Anggun sudah dilatih keras menyanyi dengan teknik suara perut, suara
dada, hingga suara otak oleh Darto Singo. Tentu saja, usahanya tak
sia-sia, bakat menyanyi Anggun semakin meningkat. Pada usia tujuh tahun,
Anggun sudah menjadi pengisi acara di salah satu tempat hiburan di
Jakarta. Bahkan ia sempat masuk dapur rekaman untuk merilis lagu
anak-anak pada tahun 1986 dengan judul album “Dunia Aku Punya”. Di usia
yang masih kanak-kanak Anggun sudah mampu fasih menyanyikan 300 lagu
berbahasa asing.
Adapun
di usia remaja, ia semakin membuktikan kualitas bermusiknya dengan
menyandang gelar penyanyi rock termuda tanah air. Beberapa musisi rock
seperti Guns and Roses atau Bonjovi sangat berpengaruh terhadap
musikalitas Anggun di awal karirnya. Penampilannya pun sangat tomboy
sesuai dengan trend yang sedang hits di masa itu, seperti menggunakan
celana pendek, baret miring dan mengenakan ikat pinggang besar. Anggun
menulis dua lagu yaitu mimpi dan bayang-bayang ilusi di album keduanya
yang berjudul “Tua-tua Keladi”. Single tua-tua keladi tersebut sekaligus
melejitkan namanya di blantika musik Indonesia, terbukti pada tahun
1990 ia dinobatkan sebagai Artis Indonesia Terpopuler. Selain
Dunia AKu Punya dan Tua-tua Keladi, Anggun juga sudah merilis beberapa
album solo lain yaitu Anak Putih Abu-Abu (1991), Nocturno (1992), Anggun
C Sasmi..Lah..!! (1993) dan Yang Hilang (1994). Anggun memiliki kualitas vokal kontralto yang tebal dan kuat dengan jangkauan lebih dari 3 oktaf.
Anggun
menikah pada usia 18 tahun dengan seorang pemuda berkebangsaan
Perancis, Michel De Ghea. Pada tahun 1994 Anggun dan suaminya memutuskan
untuk meninggalkan Indonesia dan menetap di Eropa demi mewujudkan mimpi
besarnya sebagai penyanyi kelas dunia. Awalnya pasangan ini tinggal di
kota London, Inggris sebelum akhirnya menjatuhkan pilihannya ke negeri
Perancis yang kini menjadi kewarganegaraannya.
Dua
tahun setelah meninggalkan Indonesia, perjalanan karir Anggun semakin
menanjak ketika ia bertemu dengan Erick Benzi di tahun 1997, salah
seorang produser musik bertaraf Internasional. Pria asal Perancis itu
kagum dengan kualitas vokal Anggun dan mengajaknya untuk bergabung dalam
sebuah label yang semakin membesarkan namanya, Sony Music
International. Talenta bermusik Anggun semakin terasa dan akhirnya Ia
berhasil meluncurkan album internasional perdananya pada 1997 yang
dinamakan Au nom de la lune atau Snow on Sahara di lebih dari 33 di
Eropa, Asia dan Amerika.
Sebuah
pencapaian yang menakjubkan, Album ini terjual lebih dari satu juta
keping. Snow on sahara pun hits dan menjadi puncak tangga lagu di 15
negara. Pencapaian itu turut mensejajarkan namanya dengan sederet
penyanyi dunia lainnya. Bahkan pada album tersebut, banyak pengamat
musik dunia yang menyebut Anggun sebagai Annie Lenox Asia.
Sederet
penghargaan bergensi Internasional pun diraihnya, seperti Double Gold
di Perancis, Double Platinum di Singapura, Gold di Switzerland, Platinum
di Malaysia, dan Triple Platinum di Indonesia. Album
ini sekaligus mengubah Anggun yang terkenal dengan karakter suara rock
menjadi penyanyi pop nan romantis. Penampilan tomboynya pun kini telah
berubah menjadi feminin dan seanggun namanya.
Album
Internasional keduanya dirilis pada tahun 1998 yang bertajuk Désirs
Contraires atau Chrysalis. Album ini pun tak kalah ngetop dari album
pertamanya terbukti album tersebut berhasil terjual lebih dari satu juta
kopi dan menyabet berbagai penghargaan. Seperti Gold di Italia,
Platinum di Prancis, Double Platinum di Indonesia, serta Multi Platinum
di beberapa Negara lainnya. Single yang paling menjadi hits kala itu
adalah Still Reminds Me yang berhasil menjadi puncak di The music &
Media Europe Broker Brakers Charts. Selain itu, ada satu single
berbahasa Indonesia yang dibuatnya yang berjudul Yang Ku Tunggu.
Album
ketiga Anggun berjudul Open Hearth, album soundtrack ini dikemas dalam
bahasa Inggris dan ia bekerjasama dengan jesper Winge Leisner dan Niels
Brinck, dua musisi asal Denmark. Album ini berhasil mendapatkan
penghargaan best seller pada Danish Film Award 2003. Anggun juga pernah
memenangi penghargaan The Cosmopolitan Asia Women Award (2000) dan The
Women Aspire Award (2002). Penghargaan tersebut diberikan karena Anggun
dinilai mampu memberikan inspirasi kepada seluruh wanita Asiauntuk Go
Internasional.
Kisah
di atas hanyalah sepenggal dari kisah perjalanan Anggun C. Sasmi, masih
banyak penghargaan dan pencapaian yang telah dilakukannya hingga hari
ini. Anggun melepaskan kewarganegaraan Indonesianya pada tahun 2000, dan
berpindah kewarganegaraan Perancis. Kendati demikian, Anggun tak pernah
meninggalkan tradisi asalnya. Ia tetap menganggap Indonesia adalah
negaranya dan penampilannya hingga saat ini pun masih sangat khas wanita
jawa yang ayu dengan rambut hitam lurus yang terurai, serta dengan
kulit sawo matang. Begitu pun dengan kesehariannya, ia tetap menggunakan
bahasa Jawa, begitupula dengan anaknya yang dibiasakan untuk berbahasa
Jawa.
Ada
sebuah nasihat yang selalu menginspirasinya hingaa menjadi seorang yang
luar biasa seperti sekarang ini, yaitu “Kalau kamu ingin mengejar
mimpimu, bangunlah dari tempat tidur dan bergegas mandi lalu berangkat”.
Semoga sepenggal nasihat itu juga harus menjadi inspirasi bagi kita
wanita Indonesia untuk terus maju mengejar impian. Tak peduli meski
mimpi itu setinggi langit, asal kita mau berusaha hal tersebut bukanlah
mustahil. Kalau Anggun berhasil, Anda juga harus berhasil. \
Sumber :http://www.aviva.co.id/id/index.php?option=com_content&view=article&id=226:anggun-c-sasmi-sang-inspirator-wanita&catid=83&Itemid=741&lang=en
0 komentar:
Posting Komentar